Kisah menyedihkan pemuda 19 tahun itu diceritakan oleh Lia Imelda
Siregar, seorang dokter yang tinggal di Kuala Simpang,Aceh. Selama empat
hari, Lia mendatangi rumah anak sulung dari tujuh bersaudara itu untuk
membantu mengurangi beban pemuda tersebut.
Saat datang, Aziz hanya asyik bermain selang air di atas tempat tidur
besi yang tak diberi alas apapun. Ia hanya asyik dengan dunianya
sendiri karena tak menghiraukan siapa yang datang.
Menurut dugaan Lia, kemungkinan pemuda tersebut jarang diajak bicara
oleh orang tua dan adik-adiknya. Azis juga sempat menatap Lia dengan
penuh curiga saat pertama kali bertemu.
Untuk buang air, Azis melakukannya begitu saja di atas tempat tidur besi itu.
Di kunjungan hari berikutnya, Lia terus mengajak bicara pemuda
tersebut hingga diketahui bahwa ia sangat suka apel. Mengetahui hal itu,
pada kunjungan hari ketiga, Lia dan rekannya membawakan buah tersebut.
Saat itu, Azis nampak begitu senang dan mau diajak foto selfie
bersama dokter berhijab tersebut. Hari itu, Azis juga diminta untuk
menggambar dan ia memilih membuat bunga. Gambar pertama semenjak
dipasung itu ia berikan untuk Lia. Azis juga mengaku menyayangi Lia dan
rekannya, Bang Wadi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ibu Azis, lelaki itu pernah
ditakut-takuti di sekolah sehingga perangainya berubah dari waktu ke
waktu.
Informasi dari ayahnya berbeda lagi. Menurutnya, Azis dulu sering
dipukul oleh ibu guru sehingga malu untuk sekolah. Lama-lama kesehatan
mentalnya menjadi buruk hingga seperti sekarang. Azis sudah dua tahun
tak mau bicara pada orang-orang di sekitarnya.
“Tapi sekilas kulihat orang tua Azis sangat penyayang. Mungkin tak
tau berbagi sedih lagi atas apa yang terjadi,” kata Lia dalam sebuah
postingan di Facebook, Selasa (14/6/2016).
Di kunjungan keempat, Lia memutuskan untuk mengajak jalan-jalan Azis.
Di hari tersebut, Azis dilepas dari belenggu yang mengikatnya semenjak
usia 10 tahun.
Ia tenang saja di dalam mobil dan tidak mengamuk. Bahkan Azis juga
hafal rute jalan menuju tempat yang akan didatangi. Saat hari sudah
gelap, Azis tak mau turun dari mobil dan ingin terus jalan-jalan.
Setelah dibujuk, akhirnya ia mau turun.
Setelah itu, Azis masuk ke kamar yang tak diberi pintu ataupun
jendela sehingga udara malam bisa masuk begitu saja. Setelah naik ke
ranjang besi, pemandangan mengerikan itu pun terjadi.
“Mak rantai kaki Azis lagi ya. Nanti Azis lari-lari,” tulis Lia
menirukan ucapan Azis saat itu, yang kemudian dituruti oleh ibunya.
Sepulang dari sana, Lia terpikir untuk melaporkan kasus yang dialami
Azis pada camat daerahnya tinggal. Laporan pertama disambut baik.
Namun saat Lia menghubungi camat untuk mengetahui keadaan Azis,
pejabat tersebut tidak merespon. Akhirnya, ia berinisiatif mengumpulkan
donasi untuk membantu biaya pengobatan Azis hingga akhir Ramadan 2016.
Hingga berita ini ditulis pada Kamis (16/6/2016), donasi untuk Azis telah terkumpul Rp 10.880.000.
Tindakan bullying seperti kemungkinan yang dialami Azis memang
berdampak sangat buruk bagi korbannya. Sebagaimana dijelaskan di laman
stopbullying.gov, tindakan tersebut dapat meningkatkan depresi dan
kecemasan bagi korban.
Ini meningkatkan perasaan sedih dan kesepian yang berpengaruh
terhadap pola tidur dan makan. Kekerasan yang dialami dapat terkenang
sampai dewasa. Keluhan kesehatan dan penurunan prestasi akademik juga
merupakan dampak lain bullying.
0 comments:
Post a Comment