Selamat Datang di FRI (Fast Report Indonesia),tips dan trik seputar Kehidupan

Tujuan

Mengabadikan Sejarah Sejarah harus dituliskan agar abadi sampai ke generasi selanjutnya.

Thursday, June 16, 2016

Kisah Pemuda Dipasung Sembilan Tahun “Mak Rantai Kaki Azis Lagi Ya”

Kisah menyedihkan pemuda 19 tahun itu diceritakan oleh Lia Imelda Siregar, seorang dokter yang tinggal di Kuala Simpang,Aceh. Selama empat hari, Lia mendatangi rumah anak sulung dari tujuh bersaudara itu untuk membantu mengurangi beban pemuda tersebut.
Saat datang, Aziz hanya asyik bermain selang air di atas tempat tidur besi yang tak diberi alas apapun. Ia hanya asyik dengan dunianya sendiri karena tak menghiraukan siapa yang datang.
Menurut dugaan Lia, kemungkinan pemuda tersebut jarang diajak bicara oleh orang tua dan adik-adiknya. Azis juga sempat menatap Lia dengan penuh curiga saat pertama kali bertemu.
Untuk buang air, Azis melakukannya begitu saja di atas tempat tidur besi itu.
Di kunjungan hari berikutnya, Lia terus mengajak bicara pemuda tersebut hingga diketahui bahwa ia sangat suka apel. Mengetahui hal itu, pada kunjungan hari ketiga, Lia dan rekannya membawakan buah tersebut.
Saat itu, Azis nampak begitu senang dan mau diajak foto selfie bersama dokter berhijab tersebut. Hari itu, Azis juga diminta untuk menggambar dan ia memilih membuat bunga. Gambar pertama semenjak dipasung itu ia berikan untuk Lia. Azis juga mengaku menyayangi Lia dan rekannya, Bang Wadi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ibu Azis, lelaki itu pernah ditakut-takuti di sekolah sehingga perangainya berubah dari waktu ke waktu.
Informasi dari ayahnya berbeda lagi. Menurutnya, Azis dulu sering dipukul oleh ibu guru sehingga malu untuk sekolah. Lama-lama kesehatan mentalnya menjadi buruk hingga seperti sekarang. Azis sudah dua tahun tak mau bicara pada orang-orang di sekitarnya.
“Tapi sekilas kulihat orang tua Azis sangat penyayang. Mungkin tak tau berbagi sedih lagi atas apa yang terjadi,” kata Lia dalam sebuah postingan di Facebook, Selasa (14/6/2016).
Di kunjungan keempat, Lia memutuskan untuk mengajak jalan-jalan Azis. Di hari tersebut, Azis dilepas dari belenggu yang mengikatnya semenjak usia 10 tahun.
Ia tenang saja di dalam mobil dan tidak mengamuk. Bahkan Azis juga hafal rute jalan menuju tempat yang akan didatangi. Saat hari sudah gelap, Azis tak mau turun dari mobil dan ingin terus jalan-jalan. Setelah dibujuk, akhirnya ia mau turun.
Setelah itu, Azis masuk ke kamar yang tak diberi pintu ataupun jendela sehingga udara malam bisa masuk begitu saja. Setelah naik ke ranjang besi, pemandangan mengerikan itu pun terjadi.
“Mak rantai kaki Azis lagi ya. Nanti Azis lari-lari,” tulis Lia menirukan ucapan Azis saat itu, yang kemudian dituruti oleh ibunya.
Sepulang dari sana, Lia terpikir untuk melaporkan kasus yang dialami Azis pada camat daerahnya tinggal. Laporan pertama disambut baik.
Namun saat Lia menghubungi camat untuk mengetahui keadaan Azis, pejabat tersebut tidak merespon. Akhirnya, ia berinisiatif mengumpulkan donasi untuk membantu biaya pengobatan Azis hingga akhir Ramadan 2016.
Hingga berita ini ditulis pada Kamis (16/6/2016), donasi untuk Azis telah terkumpul Rp 10.880.000.
Tindakan bullying seperti kemungkinan yang dialami Azis memang berdampak sangat buruk bagi korbannya. Sebagaimana dijelaskan di laman stopbullying.gov, tindakan tersebut dapat meningkatkan depresi dan kecemasan bagi korban.
Ini meningkatkan perasaan sedih dan kesepian yang berpengaruh terhadap pola tidur dan makan. Kekerasan yang dialami dapat terkenang sampai dewasa. Keluhan kesehatan dan penurunan prestasi akademik juga merupakan dampak lain bullying.

0 comments:

Post a Comment